Tfr9TfA8GfYiTSdoBSYiGproTY==

Bisakah AI disalahgunakan oleh manusia?

Bisakah AI disalahgunakan oleh manusia?

Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) telah merevolusi berbagai sektor kehidupan manusia, dari bidang industri, kesehatan, pendidikan, hingga pertahanan dan keamanan. Dengan kemampuannya dalam mengotomatisasi proses, memproses data dalam jumlah besar, serta melakukan prediksi berbasis pembelajaran mesin, AI menawarkan efisiensi dan ketepatan dalam pengambilan keputusan. Namun, seiring dengan pesatnya adopsi teknologi ini, muncul kekhawatiran mengenai potensi penyalahgunaan AI oleh pihak-pihak tertentu untuk tujuan yang merugikan.

Penyalahgunaan AI bukan sekadar ancaman teoritis, melainkan fenomena nyata yang mulai teridentifikasi dalam praktik-praktik kehidupan modern. Berbagai kasus menunjukkan bahwa AI dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan informasi palsu, melakukan pengawasan massal secara tidak etis, menciptakan diskriminasi berbasis algoritma, hingga digunakan dalam kejahatan siber maupun sistem persenjataan otonom. Dalam konteks ini, penting untuk memahami bahwa AI, sebagai sebuah alat, sangat bergantung pada tujuan, niat, dan kendali dari pihak yang mengoperasikannya.

Tulisan ini akan membahas beberapa bentuk utama penyalahgunaan AI, antara lain:(1) Manipulasi Informasi dan Deepfake (2) Pelanggaran privasi dan keamanan (3)Pengangguran akibat otomatisasi (4) Bias dan diksriminasi dalam algoritma (5) Ketergantungan berlebihan terhadap teknologi (6) Penyalahgunaan dalam kejahatan siber. Dengan menelaah isu-isu ini, diharapkan dapat memberikan gambaran komprehensif mengenai urgensi penerapan regulasi dan etika dalam pengembangan serta pemanfaatan kecerdasan buatan.

1. Manipulasi Informasi dan Deepfake

Di balik manfaat luar biasa yang ditawarkan oleh kecerdasan buatan (AI), terdapat pula risiko penyalahgunaan teknologi yang patut diwaspadai. Salah satu contoh paling mencolok adalah kemampuan AI untuk menghasilkan konten palsu yang sangat meyakinkan, seperti video deepfake yakni video yang menampilkan seseorang seolah-olah melakukan atau mengatakan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah terjadi.

Teknologi deepfake menggunakan machine learning dan model generatif untuk memanipulasi gambar, suara, dan gerakan wajah dengan tingkat presisi yang sangat tinggi. Hasilnya bisa tampak sangat nyata, bahkan sulit dibedakan oleh mata manusia tanpa bantuan alat forensik digital.

Penggunaan teknologi ini telah menimbulkan sejumlah kekhawatiran serius, antara lain:

  • Penyebaran hoaks dan disinformasi: Deepfake telah digunakan untuk membuat pernyataan palsu dari tokoh publik, yang kemudian disebarluaskan untuk memanipulasi opini publik, terutama di masa-masa sensitif seperti pemilu atau konflik politik.

  • Penghancuran reputasi individu: Video deepfake bisa digunakan untuk menyerang seseorang secara personal, termasuk melalui konten pornografi palsu, yang kerap menyasar publik figur atau korban tertentu.

  • Pemerasan dan penipuan: Konten palsu berbasis AI dapat digunakan dalam scam digital untuk menipu keluarga, teman, atau kolega, dengan meniru suara atau wajah korban secara meyakinkan.

2. Pelanggaran Privasi dan Keamanan Data

Seiring meningkatnya penggunaan kecerdasan buatan (AI) di berbagai sektor, muncul pula kekhawatiran serius terkait keamanan data dan privasi pengguna. Salah satu tantangan utama adalah fakta bahwa banyak sistem AI khususnya yang berbasis machine learning  memerlukan akses ke data pribadi dalam jumlah besar untuk dilatih dan dioperasikan secara efektif. Data ini dapat mencakup informasi sensitif seperti:

  • Riwayat Medis

Merupakan catatan lengkap tentang kondisi kesehatan fisik dan mental seseorang. Termasuk di dalamnya adalah diagnosa penyakit, jenis pengobatan yang pernah diterima, alergi, hasil pemeriksaan laboratorium, rekam medis dari rumah sakit atau klinik, hingga riwayat imunisasi. Data ini bersifat sangat sensitif karena dapat memengaruhi perlakuan dari pihak asuransi, pekerjaan, dan layanan kesehatan.

  • Data Keuangan

Mencakup segala informasi yang berkaitan dengan aspek keuangan seseorang atau perusahaan, seperti saldo rekening bank, histori transaksi, utang piutang, data kartu kredit, status kredit (credit score), hingga laporan penghasilan dan pajak. Informasi ini penting dalam penilaian kelayakan kredit dan rentan terhadap penyalahgunaan seperti pencurian identitas atau penipuan finansial.

  • Aktivitas Online

Menunjukkan perilaku dan kebiasaan seseorang saat menggunakan internet. Termasuk situs yang dikunjungi, klik pada iklan, konten yang dibagikan di media sosial, belanja online, dan data dari cookie browser. Data ini sering digunakan untuk iklan yang dipersonalisasi, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran terkait privasi dan pelacakan oleh pihak ketiga.

  • Lokasi Geografis

Merujuk pada data tentang keberadaan fisik seseorang yang diperoleh melalui perangkat GPS, alamat IP, Bluetooth, Wi-Fi, atau menara seluler. Data ini digunakan dalam layanan navigasi, rekomendasi lokasi, atau pelacakan perangkat. Namun, jika disalahgunakan, informasi lokasi dapat membuka peluang untuk pelanggaran privasi dan pengawasan tanpa izin.

  • Percakapan Pribadi

Berisi komunikasi personal antarindividu, baik melalui pesan teks, panggilan suara, email, maupun chat aplikasi. Percakapan ini dapat mengandung informasi sensitif seperti perasaan, rahasia pribadi, atau bahkan data penting lainnya. Oleh karena itu, kerahasiaan dan keamanan data ini sangat penting untuk dijaga.

Jika data semacam ini jatuh ke tangan yang salah, akibat pelanggaran sistem atau lemahnya pengamanan, dapat terjadi:

  • Pencurian Identitas (Identity Theft)

    Tindakan di mana seseorang secara ilegal mendapatkan dan menggunakan informasi pribadi orang lain, seperti nomor KTP, informasi bank, atau kredensial login, untuk menyamar sebagai individu tersebut, biasanya untuk keuntungan finansial atau melakukan tindakan kriminal.

  • Penipuan Finansial

    Kejahatan yang melibatkan pemalsuan atau penyalahgunaan informasi keuangan seseorang, seperti menggunakan kartu kredit curian, membuat akun palsu, atau mengakses rekening tanpa izin untuk mencuri uang atau merugikan pihak lain secara ekonomi.

  • Pelanggaran Privasi Massal

    Terjadi ketika data pribadi banyak individu dikumpulkan, disimpan, atau disebarluaskan tanpa persetujuan mereka, sering kali oleh perusahaan teknologi besar, pemerintah, atau peretas. Contohnya termasuk pelacakan aktivitas online tanpa izin atau kebocoran data pengguna dalam jumlah besar.

  • Penyalahgunaan Data untuk Manipulasi Perilaku atau Opini

    Pemanfaatan data pribadi atau preferensi seseorang (misalnya dari media sosial atau aktivitas online) untuk memengaruhi keputusan, opini, atau perilaku mereka, biasanya dalam konteks politik (seperti kampanye pemilu) atau komersial (seperti iklan yang menyesatkan). Contoh terkenalnya adalah skandal Cambridge Analytica.

Selain itu, sistem AI yang bersifat kompleks dan terhubung ke banyak sumber informasi juga rentan menjadi target serangan siber. Penyerang dapat mengeksploitasi:

  • Kerentanan Algoritma

    Algoritma AI dapat memiliki celah keamanan atau bias tersembunyi yang bisa dimanfaatkan untuk tujuan jahat. Misalnya, serangan adversarial bisa mengecoh sistem pengenalan wajah atau kendaraan otonom hanya dengan memodifikasi input secara halus. Selain itu, algoritma yang tidak dirancang secara etis dapat menghasilkan keputusan diskriminatif atau tidak adil.

  • Model Pembelajaran yang Belum Dilindungi

    Model AI yang dilatih tanpa perlindungan dapat disusupi, dicuri, atau dipelajari kembali oleh pihak ketiga. Misalnya, serangan seperti model extraction dan data poisoning memungkinkan penyerang mencuri model atau menyusupkan data berbahaya ke proses pelatihan, yang dapat mengubah perilaku AI secara tidak terduga.

  • Kecerdasan Buatan dalam Sistem Kritis

    Integrasi AI ke dalam sistem penting seperti kendaraan otonom, layanan medis, dan infrastruktur energi meningkatkan risiko besar jika sistem tersebut gagal atau disusupi. Kesalahan kecil dalam prediksi atau pengambilan keputusan bisa berdampak fatal, seperti kecelakaan lalu lintas, salah diagnosa penyakit, atau gangguan pasokan listrik. Oleh karena itu, keamanan, keandalan, dan pengawasan manusia sangat penting dalam penerapannya.

Serangan terhadap sistem AI tidak hanya berpotensi mengganggu fungsionalitas teknis, tetapi juga bisa menghasilkan keputusan yang salah, bias, atau berbahaya jika sistem dimanipulasi dari dalam.

3. Pengangguran Akibat Otomatisasi

Salah satu dampak paling nyata dari penerapan kecerdasan buatan (AI) adalah pada bidang otomatisasi proses kerja. AI memungkinkan berbagai proses yang sebelumnya dilakukan oleh manusia terutama yang bersifat rutin, berulang, dan berbasis aturan untuk dijalankan secara otomatis oleh sistem, tanpa perlu intervensi manusia secara langsung.

Contoh nyata dapat dilihat pada:

  • Lini produksi industri yang kini menggunakan robot cerdas untuk merakit produk,

  • Layanan pelanggan yang digantikan oleh chatbot AI 24/7,

  • Pengolahan data dan administrasi yang dikerjakan oleh software otomatisasi alur kerja (RPA).

Meskipun otomatisasi ini membawa peningkatan efisiensi, kecepatan, dan penghematan biaya, ia juga membawa konsekuensi sosial yang signifikan. Salah satu kekhawatiran utama adalah potensi penggantian tenaga kerja manusia, khususnya dalam sektor-sektor pekerjaan menengah ke bawah yang lebih rentan terdampak otomatisasi. Akibatnya:

  • Angka pengangguran bisa meningkat, terutama di kalangan pekerja dengan keterampilan rendah atau yang tidak memiliki akses terhadap pelatihan ulang.

  • Kesenjangan sosial dan ekonomi semakin melebar, karena manfaat produktivitas dari AI cenderung terkonsentrasi pada perusahaan besar dan kelompok berpendidikan tinggi.

Beberapa analis bahkan memperingatkan bahwa jika transisi ini tidak dikelola dengan baik, kita bisa menghadapi gelombang "disrupsi tenaga kerja" yang menyebabkan instabilitas ekonomi dan sosial.

4. Bias dan Diskriminasi dalam Algoritma

Meskipun kecerdasan buatan (AI) dirancang untuk mengambil keputusan secara objektif berbasis data, kenyataannya AI sangat bergantung pada kualitas dan keberagaman data yang digunakan dalam proses pelatihannya. Jika data tersebut mengandung bias historis atau ketidakseimbangan representasi, maka sistem AI dapat mewarisi  bahkan memperkuat  diskriminasi yang sudah ada dalam masyarakat.

Bias ini dapat terjadi secara halus dan sistemik. Misalnya:

  • Dalam proses rekrutmen otomatis, jika data historis perusahaan menunjukkan kecenderungan mempekerjakan lebih banyak laki-laki daripada perempuan untuk posisi teknis, maka model AI yang dilatih dari data tersebut dapat secara tidak sadar mendiskriminasi kandidat perempuan.

  • Dalam penilaian kelayakan kredit, algoritma yang belajar dari data keuangan historis bisa mengasosiasikan tingkat risiko yang lebih tinggi kepada komunitas tertentu karena faktor geografis atau ras, meskipun individu yang dinilai sebenarnya layak dan mampu.

Fenomena ini dikenal sebagai algorithmic bias atau machine learning fairness issue. Jika tidak dikoreksi, sistem AI bisa menjadi alat yang memperkuat ketimpangan sosial dan memperbesar jarak antara kelompok yang diuntungkan dan yang dimarginalkan.

Mengapa Ini Terjadi?

  • AI tidak memahami konteks sosial atau nilai moral ia hanya mengenali pola dalam data.

  • Banyak data historis mencerminkan prasangka dan ketimpangan sosial masa lalu.

  • Proses pelabelan data sering dilakukan oleh manusia, yang juga dapat membawa bias pribadi.

5. Ketergantungan Berlebihan pada Teknologi

Seiring meningkatnya kemampuan dan keandalan kecerdasan buatan (AI), manusia mulai menunjukkan kecenderungan untuk mengandalkan teknologi ini dalam pengambilan keputusan, termasuk dalam konteks-konteks yang bersifat kritis. Meskipun AI dapat membantu meningkatkan efisiensi dan akurasi, ketergantungan yang berlebihan dapat berujung pada penurunan kemampuan manusia dalam berpikir kritis, mengevaluasi informasi secara mandiri, dan mengambil keputusan yang tepat.

Salah satu contoh yang paling krusial dapat dilihat dalam bidang kesehatan. Saat AI digunakan untuk:

  • Mendiagnosis Penyakit

    AI dapat digunakan untuk membantu dokter dalam mengenali dan mendiagnosis penyakit berdasarkan gejala, riwayat medis, dan data klinis pasien. Dengan teknologi machine learning, sistem dapat mempelajari pola dari ribuan kasus sebelumnya untuk mengidentifikasi kemungkinan penyakit dengan tingkat akurasi yang tinggi, seperti deteksi dini kanker, diabetes, atau gangguan jantung.

  • Menganalisis Hasil Tes Laboratorium atau Pencitraan Medis

    AI mampu memproses dan mengevaluasi hasil tes seperti darah, urin, dan citra medis (misalnya MRI, CT Scan, atau rontgen) lebih cepat dan konsisten dibandingkan manusia. Sistem ini dapat mengenali anomali kecil yang mungkin terlewat oleh tenaga medis, sehingga mempercepat diagnosis dan meningkatkan ketepatan deteksi kondisi seperti tumor atau infeksi.

  • Memberikan Rekomendasi Pengobatan atau Dosis Obat

    Berdasarkan data pasien, riwayat alergi, dan kondisi kesehatan terkini, AI dapat menyarankan jenis pengobatan yang paling sesuai serta menghitung dosis obat yang optimal. Ini membantu mengurangi kesalahan dalam pemberian obat dan mempersonalisasi perawatan pasien, terutama pada penyakit kronis atau kompleks seperti kanker dan penyakit autoimun.

Maka akurasi dan keandalan sistem menjadi sangat penting. Jika terjadi kesalahan algoritma, bias dalam data pelatihan, atau misinterpretasi hasil oleh pengguna, dampaknya bisa sangat fatal  mulai dari diagnosis yang keliru hingga pengobatan yang membahayakan keselamatan pasien.

Lebih dari itu, ketergantungan yang berlebihan juga bisa melemahkan peran dan intuisi profesional medis, di mana tenaga kesehatan mungkin mulai menurunkan standar evaluasi manual karena terlalu percaya pada sistem otomatis.

Masalah yang Dapat Muncul:

  • Over-reliance effect: Di mana pengguna cenderung menerima hasil dari sistem AI tanpa mempertanyakan atau mengonfirmasi kembali.

  • Erosion of expertise: Jika AI mengambil alih proses evaluatif yang penting, keterampilan manusia bisa menurun seiring waktu.

  • Kehilangan tanggung jawab etis: Ketika keputusan diambil oleh AI, siapa yang bertanggung jawab jika terjadi kesalahan  sistem, pengembang, atau pengguna?

6. Penyalahgunaan dalam Kejahatan Siber

Meskipun kecerdasan buatan (AI) menawarkan banyak manfaat dalam meningkatkan efisiensi dan keamanan, teknologi ini juga dapat dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan kejahatan siber. Dengan kemampuannya dalam memproses data secara cepat dan menghasilkan konten realistis, AI membuka jalan bagi jenis-jenis serangan digital yang lebih canggih, terarah, dan sulit dikenali.

Beberapa contoh pemanfaatan AI dalam kejahatan siber antara lain:

1. Phishing yang Lebih Meyakinkan

AI dapat digunakan untuk membuat email phishing yang sangat realistis, baik dari segi gaya bahasa, format visual, hingga konteks personal. Berbeda dengan email spam biasa, email ini dapat:

  • Meniru gaya penulisan seseorang secara detail

  • Menggunakan informasi pribadi korban untuk meningkatkan kredibilitas

  • Memuat tautan atau lampiran berbahaya yang tampak sah

2. Pemalsuan Identitas Digital

Dengan bantuan AI, pelaku kejahatan dapat menciptakan identitas palsu yang sangat meyakinkan, termasuk:

  • Wajah sintetis (menggunakan generative adversarial networks / GANs)

  • Suara tiruan yang menyerupai tokoh nyata

  • Akun media sosial palsu yang aktif dan terkesan asli

Identitas palsu ini dapat digunakan untuk:

  • Menipu individu atau organisasi

  • Menjalankan penipuan investasi

  • Melakukan social engineering

3. Penyebaran Malware secara Cerdas

AI juga dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan malware yang adaptif, yakni malware yang:

  • Mampu menghindari deteksi dari sistem antivirus tradisional

  • Menyesuaikan perilakunya agar tampak seperti aktivitas normal

  • Memonitor sistem target sebelum mengeksekusi serangan

4. Pemerasan Otomatis (Automated Ransomware)

Ransomware generasi baru dapat menggunakan AI untuk:

  • Memilih file korban yang paling bernilai

  • Mengatur waktu serangan agar dampaknya maksimal

  • Menyesuaikan permintaan tebusan berdasarkan profil ekonomi korban

Kesimpulan:

Kecerdasan buatan (AI) telah memberikan berbagai manfaat signifikan di berbagai sektor, namun juga menimbulkan risiko penyalahgunaan yang serius. Enam bentuk utama penyalahgunaan AI yang dibahas meliputi: manipulasi informasi dan deepfake, pelanggaran privasi, pengangguran akibat otomatisasi, bias dalam algoritma, ketergantungan berlebihan pada teknologi, dan kejahatan siber.

Penyalahgunaan ini menunjukkan bahwa AI bukanlah sistem netral ia mencerminkan niat dari pihak yang mengoperasikannya. Risiko yang timbul, mulai dari disinformasi publik, diskriminasi sosial, hingga serangan digital yang canggih, menuntut adanya regulasi, pengawasan, dan pendekatan etis yang kuat dalam pengembangan dan penerapannya.

Tanpa kendali dan tanggung jawab yang tepat, AI yang seharusnya membawa kemajuan, justru bisa menjadi alat yang merusak kehidupan sosial, ekonomi, dan moral manusia.

Sumber:


[1] E. N. Ravizki and Lintang Yudhantaka, “Artificial Intelligence Sebagai Subjek Hukum: Tinjauan Konseptual dan Tantangan Pengaturan di Indonesia,” Notaire, vol. 5, no. 3, pp. 351–376, Oct. 2022, doi: 10.20473/ntr.v5i3.39063.
[2] T. F. Blauth, O. J. Gstrein, and A. Zwitter, “Artificial Intelligence Crime: An Overview of Malicious Use and Abuse of AI,” IEEE Access, vol. 10, pp. 77110–77122, 2022, doi: 10.1109/ACCESS.2022.3191790.
[3] A. Erler and V. C. Müller, “AI as IA: The use and abuse of artificial intelligence (AI) for human enhancement through intellectual augmentation (IA),” 2021, doi: 10.13140/RG.2.2.12547.43046.
[4] Galih Pratama, March 6, 2024 "Wamen Nezar Patria Ingatkan Bahaya Penyalahgunaan Teknologi AI", https://infobanknews.com/wamen-nezar-patria-ingatkan-bahaya-penyalahgunaan-teknologi-ai/
[5] 21 Mar 2024 "5 Dampak Negatif AI Video Generator Ini Harus Diperhatikan", https://eraspace.com/artikel/post/5-dampak-negatif-ai-video-generator-ini-harus-diperhatikan 
[6] 12 November 2024 "Penyalahgunaan Kecerdasan Buatan (AI)" https://csirt.kalbarprov.go.id/berita/penyalahgunaan-kecerdasan-buatan-ai/
[7] 24 Sep 2023 "Waspada dengan Dampak Negatif Teknologi AI yang Makin Berkembang" https://eraspace.com/artikel/post/waspada-dengan-dampak-negatif-teknologi-ai-yang-makin-berkembang
[8] Vida Sep 26, 2024 "Artificial Intelligence: Antara Manfaat dan Dampak Negatifnya", https://vida.id/id/blog/dampak-negatif-artificial-intelligence
[9] 1 Februari 2024 "7 Dampak Negatif AI di Bidang Bisnis dan Industri" https://el.iti.ac.id/7-dampak-negatif-ai-di-bidang-bisnis-dan-industri/
[10] Oleh: Sudirman. PenyiarEditor: Sri Wahyuni 02 Dec 2024 - 10:10 "Waspada! 8 Efek Negatif Penggunaan AI, Simak Penjelasannya!https://www.rri.co.id/sungaipenuh/lain-lain/1162794/waspada-8-efek-negatif-penggunaan-ai-simak-penjelasannya
[11] Posted on July 18, 2023 by admin "Dampak Negatif dari Teknologi Artificial Intelligence (AI)https://mh.uma.ac.id/dampak-negatif-dari-teknologi-artificial-intelligence-ai/
[12] kurnia.ekaptiningrum 26 Juni 2023, 15.37 " Guru Besar UGM Paparkan Ancaman AI Paling Berbahayahttps://ugm.ac.id/id/berita/guru-besar-ugm-paparkan-ancaman-ai-paling-berbahaya/


0Komentar